
1. Lokasi Kerajaan
Berdasarkan penemuan
beberapa prasasti, dapat diketahui bahwa pada abad ke-10 Kerajaan Medang
Kamulan terletak di muara Sungai Brantas. Ibukotanya bernama Watan Mas.
Kerajaan itu didirikan oleh Mpu Sindok, setelah ia memindahkan pusat
pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur karena berbagai faktor. Pendapat
lama menyatakan karena (1) bencana alam,
yakni meletusnya gunung berapi, dan (2) akibat banyak tenaga laki-laki yang dipekerjakan
untuk membuat candi sehingga sawah menjadi terbengkalai.
Pendapat baru
menyatakan adanya dua faktor, yakni (1) keadaan alam; alam Bumi Mataram
tertutup secara alamiah dari dunia luar sehingga sulit untuk berkembang.
Sebaliknya alam Jawa Timur lebih terbuka untuk mengembangkan aktivitas
perdagangan dengan dunia luar. Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas dapat
dipakai sebagai sarana perhubungan dan perdagangan antara pedalaman dan pantai.
Di samping itu tanah di Jawa Timur masih subur dibandingkan dengan Jawa Tengah
yang sudah lama dimanfaatkan; (2) masalah politik; yakni untuk menghindarkan
diri dari serangan Sriwijaya.
Wilayah kekuasaan
Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Mpu Sindok mencakup Nganjuk di sebelah
barat, Pasuruan di sebelah timur, Surabaya di sebelah utara, dan Malang di
sebelah selatan. Dalam perkembangan selanjutnya, wilayah kekuasaan Kerajaan
Medang Kamulan mencakup hampir seluruh wilayah Jawa Timur.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah
Kerajaan Medang Kamulan berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti yaitu
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Berita Asing
- Berita dari India mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Chola untuk membendung dan menghalangi kemajuan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa.
- Berita Cina berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman Dinasti Sung. Catatan-catatan Kerajaan Sung itu menyatakan bahwa antara kerajaan yang berada di Jawa dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi permusuhan, sehingga ketika Duta Sriwijaya pulang dari Cina (tahun 990 M), terpaksa harus tinggal dulu di Campa sampai peperangan itu reda. Pada tahun 992 M, pasukan dari Jawa telah meninggalkan Sriwijaya dan Kerajaan Medang Kamulan dapat memajukan pelayaran dan perdagangan. Di samping itu, tahun 992 M tercatat pada catatan-catatan negeri Cina tentang datangnya duta persahabatan dari Jawa.
b. Berita Prasasti
- Prasasti Mpu Sindok dari Desa Tangeran (daerah Jombang) tahun 933 M menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani Pu Kbin.
- Prasasti Mpu Sindok dari daerah Bangil menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan satu candi sebagai tempat pendharmaan ayahnya dari permaisurinya yang bernama Rakryan Bawang.
- Prasasti Mpu Sindok dari Lor (dekat Nganjuk) tahun 939 M menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan candi yang bernama Jayamrata dan Jayastambho (tugu kemenangan) di Desa Anyok Lodang.
- Prasasti Calcuta, prasasti dari Raja Airlangga yang menyebutkan silsilah keturunan dari Raja Mpu Sindok.
3. Kehidupan Sosial-Ekonomi
Kehidupan sosial
ekonomi masyarakat Kerajaan di Jawa Timur ini cukup baik, karena mendapat
perhatian dari raja-raja yang memerintah. Di antaranya Raja Mpu Sindok mendirikan
ibu kota kerajaannya di tepi Sungai Brantas, dengan tujuan menjadi pusat
pelayaran dan perdagangan di daerah Jawa Timur.
Bahkan pada masa pemerintahan
Dharmawangsa, aktifitas perdagangan bukan saja di Jawa Timur, tetapi berkembang
ke luar wilayah jawa Timur. Di bawah pemerintahan Raja Dharmawangsa, Kerajaan
Medang Kamulan menjadi pusat aktifitas pelayaran perdagangan di indonesia
Timur. Namun akibat serangan dari Kerajaan Wurawari, segala perekonomian
Kerajaan Medang Kamulan mengalami kehancuran.
Kemudian, Airlangga
dinobatkan sebagai raja karena tuntutan rakyat. Airlangga yang memerintahkan
membuat tanggul di Waringit Pitu (Prasasti Kalegen 1037) dan waduk-waduk di beberapa
bagian Sungai Brantas untuk pengairan sawah-sawah dan mengurangi bahaya banjir.
Untuk memajukan aktivitas perdagangan, Airlangga juga mengadakan
perbaikan pelabuhan Ujung Galuh yang letaknya di sungai Brantas; sedangkan
pelabuhan Kembang Putih di Tuban diberikan hak-hak
istimewa.
4. Kehidupan Politik
Raja-raja yang
diketahui memerintah kerajaan ini adalah sebagai berikut :
a. Raja Mpu Sindok
Raja Mpu Sindok
memerintah Kerajaan Medang Kamulan dengan gelar Mpu Sindok Sri Isyanatunggadewa.
Dari gelar Mpu Sindok itulah diambil nama Dinasti Isyana. Raja Mpu Sindok
termasuk keturunan Raja Dinasti Sanjaya (Mataram) di Jawa Tengah. Oleh karena
kondisi Jawa Tengah tidak memungkinkan bertahtanya Dinasti Sanjaya akibat
desakan Kerajaan Sriwijaya, maka Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahannya
dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Bahkan dalam prasasti terakhir, Mpu Sindok
adalah peletak dasar Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur.
b. Dharmawangsa
Raja Dharmawangsa dikenal
sebagai salah seorang raja yang memiliki pandangan politik yang tajam.
Kebesaran Dharmawangsa tampak jelas pada politik luar negerinya. Raja
Dharmawangsa percaya bahwa kedudukan ekonomi Kerajaan Sriwijaya yang kuat
merupakan ancaman bagi perkembangan Kerajaan Medang Kamulan. Oleh karena itu.
Raja Dharmawangsa mengerahkan seluruh angkatan lautnya untuk menduduki dan
menguasai Kerajaan Sriwijaya. Akan tetapi, selang beberapa tahun kemudian,
Sriwijaya bangkit dan mengadakan pembalasan terhadap Kerajaan Medang Kamulan
yang masih diperintah oleh Dharmawangsa.
Dalam usaha
menundukkan Kerajaan Medang Kamulan, Kerajaan Sriwijaya mengadakan hubungan
dengan kerajaan kecil yang ada di Jawa, yaitu dengan Kerajaan Wurawari.
Serangan dari Kerajaan Wurawari itulah yang mengakibatkan hancurnya Kerajaan
Medang Kamulan (1016 M). Serangan itu terjadi ketika Raja Dharmawangsa
melaksanakan upacara pernikahan putrinya dengan Airlangga (dari Bali). Dalam
serangan itu. Raja Dharmawangsa beserta kerabat istana tewas. Namun Airlangga
dapat melarikan diri bersama pengikutnya yang setia, yaitu Narottama.
c. Airlangga
Airlangga Dalam
prasasti Calcuta disebutkan bahwa Raja Airlangga masih termasuk keturunan Raja
Mpu Sindok dari pihak ibunya yang bernama Mahendradata (Gunapria Dharmapatni)
yang menikah dengan Raja Udayana.
Selama tiga tahun
(1016-1019 M), Airlangga digembleng baik lahir maupun batin di hutan Wonogiri.
Kemudian, atas tuntutan dari rakyatnya, pada tahun 1019 M Airlangga bersedia
dinobatkan menjadi raja untuk meneruskan tradisi Dinasti Isyana, dengan gelar
Rakai Halu Sri Lakeswara Dharmawangsa Airlangga Teguh Ananta
Wirakramatunggadewa.
Antara tahun
1019-1028 M, Airlangga berusaha mempersiapkan diri agar dapat menghadapi
lawan-lawan kerajaannya. Dengan persiapan yang cukup, antara tahun 1028-1035 M,
Airlangga berjuang untuk mengembalikan kewibawaan kerajaan. Airlangga
menghadapi lawan-lawan yang cukup kuat seperti Kerajaan Wurawari, Kerajaan
Wengker, dan Raja Futri dari selatan yang bernama Rangda Indirah.
Setelah Airlangga
berhasil mengalahkan musuh-musuhnya, ia mulai membangun kerajaan di segala
bidang kehidupan untuk kemakmuran rakyatnya. Dalam waktu singkat Kerajaan
Medang Kamulan berhasil meningkatkan kesejahteraannya, keadaan masyarakatnya
stabil.
Setelah tercapai
kestabilan dan kesejahteraan kerajaan, pada tahun 1042 M Raja Airlangga
memasuki masa kependetaan. Tahta kerajaan diserahkan kepada seorang putrinya
yang terlahir dari permaisuri, tetapi putrinya telah memilih menjadi seorang
pertapa dengan gelar Ratu Giri Putri, maka tahta kerajaan diserahkan kepada
kedua orang putra yang terlahir dari selir Airlangga. Selanjutnya, Kerajaan
Medang Kamulan terbagi dua, untuk menghindari perang saudara, yaitu Kerajaan
Jenggala dan Kerajaan Kediri (Panjalu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar