Hari
kiamat diartikan sebagai hari dimana segala sesuatu di dunia ini binasa dan
setelah itu manusia dibangkitkan kembali untuk menerima pengadilan dari Allah
SWT. Jadi, beriman kepada Hari Kiamat maksudnya adalah kita meyakini dengan
sungguh-sungguh bahwa pada suatu saat nanti alam semesta dan isinya ini akan
berakhir atau musnah dan manusia pasti akan dibangkitkan kembali untuk
mempertanggung jawabkan semua perbuatannya dan menerima pengadilan dari Allah
SWT atas semua perbuatannya ketika di dunia.
Sesungguhnya
setiap makhluk hidup, apakah itu manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan memiliki
tanda-tanda dari akhir kesudahan hidupnya di dunia. Tanda-tanda dekatnya
kematian manusia adalah rambut beruban, tua, sakit, lemah. Begitu juga halnya
dengan hewan, hampir sama dengan manusia. Sedangkan tumbuhan warna menguning,
kering, jatuh, lalu hancur. Demikian juga alam semesta, memiliki tanda-tanda
akhir masanya seperti kehancuran dan kerusakan. Bagaimana dengan kiamat yang sebenarnya? Tentu saja lebih dahsyat, lebih
besar, dan lebih mengerikan.
Dalam Al-Qur’an banyak disebutkan tentang kejadian
di hari kiamat. Terjadinya kiamat adalah hal yang gaib. Hanya Allah saja yang
tahu. Tidak ada satu pun dari makhluk-Nya mengetahui kapan kiamat, baik para nabi
maupun malaikat. Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang
Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada
dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S.
Luqman : 34).
Maka ketika ditanya tentang hal ini, Rasulullah
saw. mengembalikannya kepada Allah SWT., “Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan
tentang hari kiamat. Dan tidak ada buah-buahan keluar dari kelopaknya dan tidak
seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan, melainkan dengan
sepengetahuan-Nya. Pada hari Tuhan memanggil mereka: "Di manakah
sekutu-sekutu-Ku itu?"; mereka menjawab: "Kami nyatakan kepada Engkau
bahwa tidak ada seorangpun di antara kami yang memberi kesaksian (bahwa Engkau
punya sekutu)". (Q.S. Fushilat: 47).
Allah merahasiakan terjadinya hari kiamat, dan
menerangkan bahwa kiamat akan datang secara tiba-tiba. “Mereka menanyakan
kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku;
tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat
itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat
itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka
bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Q.S. Al-A’raaf: 187).
Namun demikian, sesungguhnya Allah dengan
rahmat-Nya telah menjadikan kiamat memiliki alamat yang menunjukkan ke arah itu
dan tanda-tanda yang mengantarkannya. “Maka tidaklah yang mereka
tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan
tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah
faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari kiamat sudah datang?”. (Q.S.
Muhammad: 18).
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah
kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau
kedatangan Tuhanmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Tuhanmu. Pada hari
datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfa`at lagi iman seseorang
bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum)
mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu
sesungguhnya kamipun menunggu (pula)." (Q.S. Al-An’am: 158).
Ada beberapa alasan yang bisa kita ambil dari
dirahasiakannya kematian itu:
1.
AGAR KITA TIDAK
CINTA DUNIA
DR. Aidh Al-Qarni dalam sebuah bukunya
Cambuk Hati berkata bahwa, “Dunia adalah jembatan akhirat. Oleh karena itu,
seberangilah ia dan janganlah Anda menjadikannya sebagai tujuan. Tidaklah
berakal orang yang membangun gedung-gedung di atas jembatan”.
Al-Ghazali dalam bukunya Mutiara Ihya
Ulumuddin menukil beberapa hadits mengenai masalah dunia dianataranya adalah: Rasulullah SAW bersabda, “Dunia itu penjara bagi
orang Mukmin dan surga bagi orang kafir”.
Dan sabdanya pula, “Dunia itu terkutuk.
Terkutuklah apa yang ada di dalamnya kecuali yang ditujukan kepada Allah.”
Abu Musa Al-Asy’ari berkata bahwa
Raulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mencintai dunianya, niscaya ia akan membahayakan
akhiratnya. Dan barangsiapa mencintai akhiratnya, niscaya ia akan membahayakan
dunianya. Maka utamakanlah apa yang kekal daripada apa yang binasa.”
Intinya adalah agar kita tidak cinta
pada sesuatu yang pasti tiada. Jangan sampai ada makhluk, benda, harta, jabatan
yang menjadi penghalang kita dari Allah SWT.
2.
AGAR KITA TIDAK
MENUNDA AMAL
Kita tidak pernah tahu kapan kita akan
mati. Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun, semua dirahasiakan oleh
Allah SWT. Oleh karena itu, kita jangan sampai menunda-nunda ibadah, dan semua
amal perbuatan baik yang akan kita lakukan, tobat yang kita lakukan, maaf yang
kita ucapkan.
Syekh Ahmad Atailah dalam bukunya Mutu
Manikan dari Kitab Al-Hikam mengatakan bahwa : “Penundaanmu untuk beramal karena menanti
waktu senggang, adalah timbul dari hati yang bodoh.”
3.
AGAR MENCEGAH
MAKSIAT
Ibnu Bathal berkata: “Jihadnya seseorang atas
dirinya adalah jihad yang lebih sempurna”.
Allah SWT berfirman, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya”. (QS. An-Nazi’at (79): 40).
Jihad seseorang atas dirinya sendiri
dapat berupa mencegah diri dari maksiat, mencegah diri dari apa yang syubhat
dan mencegah diri dari memperbanyak syahwat (kesenangan) yang diperbolehkan
karena ingin menikmatinya kelak di akhirat.
Meninggalkan maksiat adalah perjuangan,
sedang keengganan meninggalkannya adalah pengingkaran. Maka, untuk menghindari
maksiat, tidak lain dengan menemukan jalan keluarnya, dan satu-satunya jalan
keluar adalah ketaatan dan menempatkan diri pada pergaulan yang dapat terhindar
dari panggilan dan godaan hawa nafsu itu sendiri.
4.
AGAR MENJADI
ORANG YANG CERDAS
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang cerdas adalah
yang merendahkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sementara
orang bodoh adalah orang yang mengikuti diri pada hawa nafsunya dan berharap
kepada Allah dengan angan-angan kosong.”
Oleh karena itu, jadilah orang yang
cerdas. Karena hanya orang yang cerdaslah yang tahu bagaimana mempersiapkan
mati. Mereka tahu bagaimana merubah yang fana ini menjadi sesuatu yang kekal.
Misalnya, bagaimana caranya gaji yang
fana ini bisa berubah menjadi kekal? Maka caranya adalah dengan mengeluarkan
sebagian atau semuanya kalau memungkinkan dari gaji itu untuk tabungan
akhiratnya. Dan ini merupakan investasi kita untuk masa depan kita juga.
Jadi
kesimpulannya teman-teman sekalian, kematian adalah sesuatu hal yang misterius
yang hanya Allah saja yang tahu. Tinggal bagaimana diri kita dalam
mempersiapkan diri ini untuk menghadapi kematian yang akan mendatangi kita.
Allah SWT. berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar
taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam”. (QS. Ali Imran (3): 102)
Wallahu
A‘lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar